Selasa, 04 Oktober 2016

Setia,bekti,mituhu,mitayani

Wanita sebagai istri diharapkan memiliki nilai: setya, bekti, mituhu, dan mitayani.
1. Setya
Salah satu kriteria ideal wanita Jawa adalah sifat setia yang harus ada, terutama kesetiaan kepada suami. Wanita Jawa yang ideal adalah wanita yang menganggap suami bukan semata-mata menjadi suaminya ketika hidup di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Tercermin ungkapan Jawa yang jelas menyebutkan kesetiaan sosok wanita terhadap suaminya adalah swarga nunut neraka katut (mengikuti ke surga maupun ke neraka).
Wanita Jawa selalu setia kepada pasangannya dalam kondisi kehidupan yang bagaimanapun, baik dalam kondisi hidup penuh ke¬susahan dan terlebih dalam kondisi yang serba menyenangkan. Di¬gambarkan secara jelas sikap setia wanita Jawa melalui ungkapan: urip rekasa gelem, mukti uga bisa; sabaya mukti sabaya pati (hidup dalam kesusahan bersedia, hidup makmur pun bisa; sehidup semati dalam suka maupun duka).
Kesetiaan wanita Jawa ideal terhadap pasangannya semakin jelas terlihat ketika suaminya meninggal dunia terlebih dahulu. Dalam kondisi demikian, wanita Jawa yang ideal akan turut ‘mati’ bersama suaminya; dalam arti mati keinginannya atau tidak punya keinginan untuk berumah tangga lagi dengan lelaki lain, ia harus tetap menjanda hingga akhir hayatnya untuk kemudian bersama-sama dengan suaminya menuju alam akhirat.
2. Bekti
Wanita Jawa dalam prosesi pernikahan melakukan upacara mijiki, yakni membasuh serta mengelap kedua kaki suaminya. Ini merupakan simbol atau perlambang yang nyata, bahwa wanita akan senantiasa bekti mring kakung (berbaki kepada suaminya) dalam berumah tangga.
Sikap bekti ini mempunyai makna dan penjabaran yang sangat luas. Satu di antaranya adalah sikap sang wanita untuk senantiasa menjaga kehormatan diri dan keluarganya. Ia tidak akan membiarkan atau bahkan bersedia melakukan perbuatan tercela yang pasti akan meruntuhkan harga diri dan kehormatannya. Perzinahan atau juga perselingkuhan akan senantiasa dijauhi oleh wanita Jawa yang berusaha menjadi wanita ideal, karena tindakan itu nyata-nyata merusak bekti-nya kepada suami.
3. Mituhu
Mituhu bermakna setia, atau menurut (Prawiroatmojo, 1985:367). Mituhu dapat diartikan mau memperhatikan dan juga meyakini akan kebenaran ‘didikan’ suaminya. Wanita harus memiliki sikap mituhu, agar cinta dan kasih sayang suaminnya senantiasa tercurah kepadannya. Wanita yang mituhu akan mengedepankan kesetiaan kepada suami dan juga menjalankan segala perintah suaminya, selama perintah itu mengandung nilai kebenaran. Jika perintah tersebut tidak bernilai kebenaran, wanita dapat menolaknya dengan mengemuka¬kan alasan yang baik sehingga kondisi harmonis keluarga tetap dapat dipertahankan.
4. Mitayani
Mitayani bermakna dapat dipercaya. Untuk dapat bersikap mitayani, terlebih dahulu seorang wanita harus bersih dan jujur serta terbebas dari kesalahan yang fatal. Seorang wanita yang tidak bersih dan tidak jujur dapat melunturkan kepercayaan suami kepadanya, terlebih jika sang wanita pernah melakukan kesalahan yang fatal. Sebuah keluarga dibangun oleh beberapa fondasi, salah satunya yang sangat penting adalah rasa percaya–mempercayai di antara suami–istri. Juga agar suaminya dapat lebih tenang dalam bekerja, sang istri harus bersikap mitayani, karena dengan demikian kepercayaan yang diberikan oleh suami kepadanya dapat dijalankan dengan baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar